
Nasdaq Masuk Bull Market Lagi, Saham Teknologi RI Ikuti?
Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Nasdaq 100 akhirnya masuk bull market untuk pertama kalinya dalam hampir 3 tahun pada Rabu waktu AS (29/3) karena investor memborong saham teknologi dan kekhawatiran masalah perbankan mulai mereda.
Indeks saham yang memuat banyak saham teknologi ini melonjak lebih dari 20% dari level terendahnya pada 28 Desember. Hal ini berkat reli saham-saham raksasa seperti Apple Inc, Microsoft Corp, Amazon.com Inc.
Bagan: Nasdaq
Foto: Refinitif
Sebelumnya, Nasdaq 100 terakhir kali memasuki bull market pada April 2020 setelah rebound tajam pasca anjlok akibat Covid pada Maret 2020.
Faktanya, antara April dan Juni 2020, Nasdaq melonjak lebih dari 30% karena bank sentral AS, The Fed, dan pemerintah federal AS menggelontorkan stimulus sebagai tanggapan atas pandemi.
Sementara itu, saat ini lonjakan Nasdaq 100 terjadi berkat langkah cepat The Fed yang menyuntikkan dana hingga US$400 miliar dalam upaya menyelamatkan Silicon Valley Bank (SVB) dan bank lain yang mengalami krisis likuiditas di awal tahun. Berbaris.
Sebagai gambaran, dilihat dari anjloknya SVB, neraca The Fed tercatat sebesar US$ 8,9 triliun kemudian turun menjadi US$ 8,3 triliun setelah mereka mulai menaikkan suku bunga.
Kemudian, ketika SVB jatuh, neraca Fed naik menjadi $8,7 triliun. Ini terjadi hanya dalam tiga minggu.
Pada gilirannya, krisis perbankan dan meningkatnya risiko resesi membuat ekspektasi The Fed akan mulai memangkas suku bunga tahun ini juga menurunkan imbal hasil Treasury AS dan mendorong saham teknologi Paman Sam.
“Sama seperti pertumbuhan saham [saham pertumbuhan] dan saham teknologi yang paling menderita tahun lalu karena The Fed menaikkan suku bunga dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak mengherankan jika saham tersebut akan bangkit kembali lebih dari pasar pada umumnya karena orang mulai melihat akhir dari tren kenaikan suku bunga mereka,” kata Chris Larkin., direktur pelaksana perdagangan dan investasi E*Trade Financial Corp, dikutip dari Bloomberg News (30/3).
Bagaimana Saham Tekno RI?
Optimisme yang tumbuh di saham-saham teknologi AS tampaknya tidak dirasakan di saham-saham teknologi dalam negeri.
Indeks saham teknologi (IDXTECHNO) hanya mencatat kenaikan 1,49% year to date (YtD) pada 2023.
Bahkan jika dibandingkan dengan level tertinggi pada Agustus 2021, IDXTECHNO telah turun hingga 57%. Saat itu, lonjakan saham-saham seperti DCI Indonesia (DCII) di tengah euforia bank digital dan umumnya saham teknologi AS sempat membuat indeks melonjak tinggi.
Gambar: IDXTECHNO
Foto: Refinitif
Padahal, saham raksasa teknologi Indonesia, GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) sempat rebound awal tahun ini, dari level Rp90-an hingga naik menjadi Rp130/saham pada 8 Maret. akhirnya turun menjadi Rp 109/saham.
Upaya efisiensi dalam mengejar profitabilitas (terutama EBITDA) belum mendorong investor untuk berinvestasi di saham-saham teknologi seperti GOTO, Bukalapak.com (BUKA) dan lainnya.
Secara umum saham-saham teknologi RI masih menunggu katalis positif lainnya untuk melakukan rebound yang signifikan.
Namun, meski The Fed masih mengkhawatirkan suku bunga dan upaya mencapai bottom line positif belum terlihat, saham-saham teknologi di Bursa Efek Indonesia (BEI) belum menunjukkan kekuatannya.
Penafian: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berupa pandangan dari CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan untuk membujuk pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada pembaca, jadi kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Dua Bank Besar Cuan Luber, Bagaimana Nasib Bank Digital & Regional?
(pap/pap)