
Ramalan Terbaru IMF Terhadap Perekonomian Indonesia 2023, Penasaran?
Jakarta, CNBC Indonesia – International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 mencapai 5%. Angka ini direvisi dari sebelumnya 4,8%.
IMF mengklaim bahwa perubahan proyeksi ini didorong oleh pemulihan permintaan domestik dan kinerja ekspor yang kuat. Sayangnya, proyeksi terbaru ini melambat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 5,3%. IMF mengungkapkan hal itu karena kebijakan pengetatan dan normalisasi harga komoditas yang tinggi tahun lalu.
“Pertumbuhan diproyeksikan tetap kuat, didorong oleh pulihnya permintaan domestik dan kinerja ekspor yang solid, namun sedikit melambat menjadi 5 persen pada 2023, mengingat pengaturan kebijakan yang diperketat dan normalisasi harga komoditas,” kata laporan itu, dikutip Senin (27/2). /3) /2023).
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Lebih lanjut, IMF mengungkapkan bahwa Indonesia telah berhasil melewati gejolak ekonomi global. Karena itu, lembaga internasional ini memprediksi neraca transaksi berjalan Indonesia akan berimbang.
Selain itu, arus Investasi Asing Langsung (FDI) dan portofolio akan menguat tahun ini. IMF juga mencatat, inflasi yang sempat mencapai puncak 6% tahun lalu juga berpeluang kembali ke kisaran target Bank Indonesia 3±1% pada paruh kedua 2023.
“Inflasi diperkirakan akan kembali ke kisaran target Bank Indonesia pada paruh kedua tahun 2023, namun BI harus siap bertindak tegas jika muncul kembali tekanan harga. Dengan kembali normalnya perekonomian, BI dapat mengambil tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter ,” tulis IMF dalam sebuah laporan. terbaru.
Sementara itu, Kepala Perwakilan RI, Departemen Asia dan Pasifik Cheng Hoon Lim mengatakan kebijakan moneter dan fiskal Indonesia tahun 2022 telah mencerminkan hasil koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan, dan mereka menilai kebijakan tersebut telah mempertimbangkan kondisi ekonomi ke depan.
Dalam kaitan ini, IMF menilai Indonesia berhasil tumbuh sehat, menekan inflasi, dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Hal ini juga didorong oleh tingginya harga komoditas ekspor Indonesia yang dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3%.
IMF juga melihat bahwa risiko secara umum akan berimbang. Pemulihan yang lebih cepat di China atau meredanya tekanan inflasi global dinilai telah mendorong permintaan ekspor Indonesia.
Kendati demikian, IMF mengingatkan bahwa rupiah berpotensi melemah di masa mendatang. Hal ini dimungkinkan jika terjadi pengetatan kondisi keuangan global secara tiba-tiba atau perlambatan global yang pada akhirnya berdampak pada pelemahan neraca perdagangan.
Satu hal yang masih perlu mendapat perhatian adalah tensi geopolitik yang masih berlangsung, hal ini perlu diwaspadai karena dapat mengganggu supply chain dan meningkatkan tekanan inflasi.
Dalam keterangannya, Lim mengatakan Bank Indonesia harus tetap waspada dalam memantau perkembangan inflasi. Jika diperlukan, dia melihat bank sentral bisa mengetatkan kebijakan moneter untuk mengatasi risiko inflasi. Namun sejauh ini IMF menilai sikap kebijakan Bank Indonesia secara umum sudah netral dan tepat.
Terkait guncangan di sektor perbankan dunia, IMF menilai sistem keuangan Indonesia cukup tangguh. Hal ini karena industri perbankan Indonesia masih menikmati pertumbuhan kredit yang kuat.
“Sistem keuangan tampak tangguh. Bank menikmati penyangga yang kuat dan pertumbuhan kredit yang kuat. Dengan pelonggaran risiko sistemik, sikap kebijakan makroprudensial secara umum tidak berubah tahun ini, dengan tujuan untuk bergerak menuju sikap yang lebih netral pada tahun 2024,” kata Lim .
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Saat Jokowi Berhenti Bicara Dunia: Anda Dibilang Menakut-nakuti
(haa/haa)